Cognitive behavioral therapy
Cognitive Behavioral Therapy
(CBT) merupakan salah satu pendekatan psikoterapi yang paling banyak
diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengtatasi berbagai
gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Asumsi yang mendasari Cognitive Behavioral Therapy
CBT, terutama untuk kasus depresi yaitu bahwa gangguan emosional
berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir. Perbaikan dalam
keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau dicapai perubahan
pola-pola berpikir selama proses terapi. Demikian pula pada pasien pola
berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku.
Dengan memahami dan merubah pola tersebut, pasien diharapkan mampu
melakukan perubahan cara berpikirnya dan mampu mengendalikan gejala
gejala dari gangguan yang dialami.
Cognitive Behavioral Therapy
(CBT) berorientasi pada pemecahan masalah dengan terapi yang dipusatkan
pada keadaan “disini dan sekarang”, yang memandang individu sebagai
pengambil keputusan penting tentang tujuan atau masalah yang akan
dipecahkan dalam proses terapi. Dengan cara tersebut, pasien sebagai
mitra kerja terapis dalam mengatasi masalahnya dan dengan pemahaman yang
memadai tentang teknik yang digunakan untuk mengatasi masalahnya.
Aaron
T. Beck (1964) mendefinisikan CBT sebagai pendekatan konseling yang
dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan
cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang.
Pedekatan CBT didasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan dan strategi
perilaku yang mengganggu. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi
atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli.
Harapan dari CBT yaitu munculnya restrukturisasi kognitif yang menyimpang
dan sistem kepercayaan untuk membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah
yang lebih baik.
Matson
& Ollendick (1988: 44) mengungkapkan definisi cognitive-behavior therapy
yaitu pendekatan dengan sejumlah prosedur yang secara
spesifik menggunakan kognisi sebagai bagian utama konseling. Fokus
konseling yaitu persepsi, kepercayaan dan pikiran. Para ahli yang
tergabung dalam National Association of Cognitive-Behavioral Therapists
(NACBT), mengungkapkan bahwa definisi dari cognitive-behavior therapy
yaitu suatu pendekatan psikoterapi yang menekankan peran yang
penting berpikir bagaimana kita merasakan dan apa yang kita lakukan.
(NACBT, 2007).
Tujuan utama dalam teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah :
- Membangkitkan pikiran pikiran negative/ berbahaya, dialog internal atau bicara sendiri (swelf-talk), dan interpretasi terhadap kejadian kejadian yang dialami. Pikiran pikiran negative tersebut muncul secara otomatis, sering diluar kesadarann pasien, apabila menghadapi situasi stress atau mengingat kejadian penting masa lalu. Distorsi kognitif tersebut perilaku maladaptive yang menambah berat masalahnya.
- Terapis bersama klien mengumpulkan bukti yang mendukung atau menyanggah interpretasi yang telah diambil. Oleh karena pikiran otomastis sering didasarkan atas kesalahan logika, maka program Cognitive Behavioral Therapy (CBT) diarahkan untuk membantu pasien mengenali dan mengubah distorsi kognitif. Pasien dilatih mengenali pikiranya, dan mendorong untuk menggunakan ketrampilan, menginterpretasikan secara lebih rasional terhadap struktur kognitif yang maladaptive.
- Menyusun desain eksperimen (pekerjaan Rumah) untuk menguji validitas interpretasi dan menjaring data tambahan unjtuk diskusi di dalam proses terapi
Dengan demikian Cognitive Behavioral Therapy CBT
diharapkan berperan sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan
depresi tidak mengancam, karena pasien belajar mengatasi factor factor
yang menyebabkan munculnya gangguan.
sejarah perkembangan terapi perilaku
Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai Stimulus dan Respon.
Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Fokus Konseling
Walaupun
konseling harus disesuaikan dengan karakteristik atau
permasalahan konseli, tentunya konselor harus memahami prinsip-prinsip
yang mendasari CBT. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini diharapkan
dapat mempermudah konselor dalam memahami konsep, strategi dalam merencanakan
proses konseling dari setiap sesi, serta penerapan teknik-teknik CBT.
Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai Stimulus dan Respon.
Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Fokus Konseling
CBT
merupakan konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi
atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan
dirinya baik secara fisik maupun psikis dan lebih melihat ke masa depan
dibanding masa lalu. Aspek kognitif dalam CBT antara lain mengubah cara
berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi konseli
belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan
aspek behavioral dalam CBT yaitu mengubah hubungan yang salah antara situasi
permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah
perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta
berpikir lebih jelas.
Prinsip
– Prinsip Cognitive-Behavior Therapy (CBT)