Selasa, 20 Maret 2012

artikel kesehatan mental


1.      Definisi Kesehatan Mental
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Zakiah Daradjat (1985:10-14) mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian :
a.         Terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala - gejala     penyakit jiwa(psychose).          
b.         Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan   masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.  
c.         Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan     segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga       membawa kepada kebahagian diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan -           gangguan dan penyakit jiwa.
Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental yang rinci. Dalam definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”
Definisi dari Jahoda mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata tentang kehidupan dan keadaan diri sendiri.
Penyesuaiaan diri berhubungan dengan cara-cara yang dipilih individu untuk mengolah rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar  diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental adalah penyesuaian diri yang aktif dalam pengertian bahwa individu berperan aktif dalam pemilihan cara-cara pengolahan rangsang itu. Individu tidak seperti binatang atau tumbuhan hanya reaktif terhadap lingkungan. Dengan kata lain individu memiliki otonomi dalam menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
2.       Ciri-ciri Kesehatan Mental 
Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:
a.         Memiliki sikap batin (Attidude) yang positif terhadap dirinya sendiri.        
b.         Aktualisasi diri.          
c.         Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis ada.          
d.         Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri).  
e.         Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada 
f.          Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. (Jahoda, 1980).      
3.      Karakteristik Mental yang Sehat
a.         Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
  1. Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak. 
  2. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.

b.         Dapat Menyesuaikan Diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
c.         Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
d.         Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
4.      Gangguan Mental
Gangguan mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal :
a.         Salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya         bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.    
b.         Ketidak bahagiaan secara subyektif  
c.         Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan   
d.         Sebagian penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris dirumah sakit,          namun ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut.

Seseorang yang gagal dalam beradaptasi secara positif dengan lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya. Atas dasar pengertian ini tentu tidak mudah untuk mengukur ada tidaknya gangguan mental pada seseorang, karena selain harus mengetahui potensi individunya juga harus melihat konteks sosialnya.

















DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 1996, Al-Quran i\Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Dana Bakti Prima Yasa          
Zakiah Daradjat, 1995, Kesehatan Mental, Gunung Agung

1 komentar: